Sunday, December 13, 2009

IRISAN JERUK NIPIS DI BIBIR GELAS

“Identitas ruang ini mesti kita ubah. Kita mesti mendapatkan ikon ruang yang bisa memobilisasi gagasan pameran ini dan imij-imij yang dibawa oleh lukisan yang dipamerkan.” kira-kira seperti itulah medan kerja yang dibuka pada awal saya mulai kerja sama dengan kawan-kawan di O House Gallery.

Medan kerja seperti itu menarik, karena tidak lagi memperlakukan ruang pameran sebagai “tempat” berpameran. Melainkan sebagai “ruang” yang korelasinya diperhitungkan dari ikon utama yang dipertaruhkan dalam pameran itu sendiri, dengan berbagai simpul-simpul desain lainnya. Sebuah kerja pameran jadi sebuah kerja arsitektur dengan politik ruang yang mungkin berlangsung di dalamnya. Hubungan ruang dengan karya yang dipamerkan seperti hubungan antara “memandang” dan “bergerak”. Sebuah karya atau sekumpulan karya seperti mendapatkan mata dan kaki yang baru. Bergerak bisa jadi sebuah tindakan beroposisi terhadap memandang, tetapi juga bisa menjadi positif untuk membuat sebuah perjalanan baru.

Karena itu menurut hemat saya, O House Gallery mencoba membuat budaya baru dalam penyelenggaraan pameran. Gallery dipahami seperti sebuah ruang metafor dimana kaidah-kaidah arsitektur mengenai dinding, lantai, atap, sudut, bundaran, maupun sekat dibuat seperti medan transportasi untuk lalu lintas “memandang” dan “bergerak”. Setiap terjadinya momen untuk memandang, politik identitas dan memaknaan berlangsung di dalamnya. Begitu pula setiap terjadinya momen untuk bergerak, berbagai keputusan posisi maupun oposisi terhadap karya yang dipamerkan terjadi. Ketika gallery mulai dipahami seperti ini maka ruang pameran menjadi sama dengan sebuah partisipasi baru terhadap momen-momen kreatif maupun identitas yang berlangsung dalam sebuah pameran.

Galeri mungkin seperti sebuah rumah untuk karya seni dimana pintu dan jendelanya sudah saling merajut di dalam. Dan bukan lagi melulu menempatkan pintu dan jendela sebagai sekat menuju dunia luar. Arus eksternalisasi dan internalisasi sudah berlangsung antara ruang pameran dengan karya yang dipamerkan.
Saya akan bermimpi O House Gallery bekerja seperti membuat “puisi ruang” untuk berbagai keputusan-keputusan visual yang berlangsung dari karya-karya yang dipamerkannya.***